Komunikasi Ala Nabi ﷺ

Dalam islam, komunikasi yang baik tidak hanya ditinjau dari satu aspek, melainkan secara menyeluruh dari segala aspeknya. Dalam hal ini, ada empat keunggulan komunikasi ala Nabi:

1. Tujuan atau niat

Hati yang baik dan itikad yang baik adalah kunci utama komunikasi. Baiknya niat menjadikan setiap kata yang terucap memberikan kedamaian bagi orang yang mendengarnya. Karena itu, kesucian batin dari kedengkian dan kebencian menjadi idaman bagi setiap orang.

Kesucian batin dalam menjalani kehidupan ini begitu penting, sampai-sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu memintanya kepada Allah :

“Ya Allah, limpahkanlah ketakwaan kepada jiwaku, dan sucikanlah jiwaku, karena Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya dari noda. Engkaulah pemelihara jiwaku dengan segala kenikmatan, dan Engkau pula penguasanya.” (HR. Muslim)

Niat atau tujuan, walaupun jauh tersembunyi dalam hati, berperan vital dalam segala urusan manusia. Kehendak yang baik tercermin dari tindakan yang positif, sebagaimana kehendak yang buruk terpancar pada tindakan yang buruk.

Beliau bersabda:

“Ketahuilah bahwa dalam ragamu terdapat segumpal daging. Apabila segumpal daging ini baik, maka seluruh ragamu akan baik. Dan apabila segumpal daging ini rusak, maka seluruh ragamu akan rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Salah satu alasan mengapa harus mempertimbangkan tujuan berkomunikasi adalah demi efisiensi berbagai potensi diri sendiri. Waktu, tenaga, pikiran, dan ruang adalah sebagian dari nikmat Allah yang wajib digunakan seefektif mungkin.

“Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia menyia-nyiakannya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Kerugian besar akibat banyak bicara tanpa maksud dan yang jelas pasti dapat dirasakan. Betapa seringnya berkomunikasi sekadar mengisi waktu luang, tidak memiliki tujuan yang jelas. Bukan hanya menyia-nyiakan potensi diri, bahkan sering kali menuai dampak negatif dari pembicaraan yang isinya omong kosong.

Dengan perencanaan yang matang sebelum berkomunikasi berarti kita telah memegang kunci sukses dalam hidup ini. Sebagaiamana petuah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz bin Jabal:

“Maukah engkau aku ajarkan kunci segala urusan?” Spontan Mu’adz menjawab: “Tentu saja.” Beliau pun memegang lisannya dan berpesan: “Hendaklah kamu menahan anggota tubuh yang satu ini.” Ingin mengetahui lebih jauh, Mu’adz kembali bertanya: “Wahai Nabi Allah, haruskah kita bertanggung jawab atas setiap ucapan kita?” Mendengar pertanyaan ini, Beliau menjawab: “Betapa meruginya ibumu, hai Mu’adz. Adakah yang menyebabkan manusia tersungkur dalam neraka selain tutur kata mereka sendiri?” (HR. At-Tirmidzi) 

Bersambung …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *